Sabtu, 02 Februari 2013

PERBANDINGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM MIN DAN SD


Menurut Prof. Dr. Jalaludin bahwa Pendidikan Islam merupakan usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat menjadi pengabdi yang setia kepada Allah. Berdasarkan pengertian tersebut akan terlihat jelas bahwa Islam menekankan pendidikan kepada tujuan utamanya yaitu pengabdiam kepada Allah secara Optimal. Dengan berbekal ketaan itu diharapkan manusia itu dapat menempatkan garis kehidupannya sejalan dengan pedoman yang telah ditentukan sang pencipta.
Dalam konsep Islam yang termuat dalam GBPP Pendidikan Agama di sekolah umum dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah uasaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain.

Menurut hakikatnya Tujuan Pendidikan Agama Islam di rumuskan dari nilai-nilai filosofis yang kerangka dasarnya termuat dalam Filsafat Pendidikan Islam. Seperti halnya dasar pendidikannya maka tujuan pendidikan Islam juga identik dengan tujuan Islam itu sendiri. Hal ini sempat menimbulkan pandangan yang konvensional dari pada ahli didik terhadap pendidikan Islam, seakan mereka kurang dapat mkenerima penjelasan yang diterima. Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang tujuan Pendidikan Agama Islam sebenarnya.

1). Menurut Zakiah Darajat
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Pendapat ini berdasarkan firman Allah swt dalam QS. Ali Imran ayat 102.
2). Menurut Imam Al-Ghazali
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terutama adalah ibadah dan bertaqarrub kepada Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia yang mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi yang luhur, bertanggung jawab atas dirinya dan masyarakat guna terciptanya kebhagiaan dunia dan akhirat. Berikut ini adalah perbandingan antara materi pelajaran agama di MI dan SD sejauh mana dapat mencapai tujuan pendidiksn Agama Islam yng sebenarnya.


DESKRIPSI
Perbandingan Materi Pelajaran Agama Islam
MI dan SD
Mata Pelajaran Fiqih
Nama Sekolah  : Madrasah Ibtidaiyah
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/semester : V / I
Standar Kompetensi :
  • Mampu memahami dan melakukan shadaqah dan infak
  • Mampu memahai ketentuan makanan dan minuman yang halal dan yang haram.

Kompetensi Dasar
Materi Pelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
1.Menjelaskan  dan melaksanakan Shadaqah dan Infaq
*Shadaqah dan Infaq
*Menjelaskan arti Shadaqah dan Infaq
*Mengidentifikasi Perbedaan Shadaqah dan Infaq
* Menjelaskan arti shadaqah dan arti infaq
*Membedakan shadaqah dan Infaq
* Menjelaskan manfaat shadaqah dan infaq
Tertulis
2 x 40
Menit
2.Menjelaskan ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal
*Makanan dan minuman yang halal
*Membaca Materi Tentang Makanan Dan Minuman Yang Halal
*Memotifasi siswa agar selalu memakan makanan atau minuman yang halal
*Menunjukkan Contoh Makanan Dan Minuman Yang Halal
*Membiasakan makan makanan dan meminum minuman yang halal
* Tes tertulis dan objektif
2 x 40
Menit
3.Menjelaskan ketentuan tentang makanan dan minuman yang haram
*Makanan dan minuman yang haram
*Memberikan contoh makanan dan minuman yang haram
* Berusaha menjauhi makan dan minuman yang haram
* Memberikan makanan dan minuman yang haram
*Menjauhi makanan dan minuman yang haram
* Tes tertulis dan objektif
2 x 40
Menit

Nama Sekolah : SD
Kelas/Semester : V/I
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam (Fiqih)
Standar Kompetensi : Mengumandangkan Azan dan Iqamah
Alokasi Waktu : x 35 Menit


Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
*Melakukan azan dan iqamah sebelum shalat dengan benar
Lafal azan dan iqamah
* Siswa melafalkan azan dan iqamah secara klasikal dan kelompok mengikuti bacaan guru
1.Melafalkan azan dan iqamah
2.Menunjukkan hafal lafal dan iqamah
3.Mempraktikan azan dan iqamah ketika hendak shalat
1. Tes  Lisan
2. Teslisan Praktek
3. Praktek
6 x 35
Menit

Dari Deskripsi masing-masing sekolah dapat diambil sebuah perbandingan antara keduanya yaitu :
1. Isi atau materi pelajaran
Materi adalah sebuah bahan pelajaran yang harus diberikan oleh guru kepada siswanya baaik di madrasah ataupun sekolah. Perbandingan tersebut dapat disebutkan dan dijelaskan sebagai berikut.
a). Madrasah
Isi atau materi pelajaran agama di madrasah ibtidaiyah sangat menonjol karena madrasah adalah lembaga pendidikan yang bercirikan atau khas dengan Islam. Dalam pengembangannya yang panjang eksistensinya, madrasah banyak melahirkan hal positif dan negative, sesuai dengan pasang surut kualitas para pengelola yang terkait didalamnya.
Dalam kaitannya dengan madrasah, perangkat pokok untuk pencapaian tujuan pendidikan Agama Islam adalah materi, karena madrasah adalah sekolah yang banyak mengambil peran soal agama, maka isi materinya pun banyak tentang agama, dalam hal ini dapat dicontohkan pada mata pelajaran fiqih, dalam fiqih mengandung banyak hal yang bisa dibahas dan dikembangkan, dimadrasah pelajaran fiqih dibahas secara mendalam dan dipelajari dengan teori dan prakteknya sekaligus, seperti yang digambarkan dalam deskripsi atau kerangka silabus, bahwa dimadrasah itu dipelajarai fiqih secara mendalam, teorynya dijelaskan dengan mendalam dan dimaksud kan pula semua siswa dapat mempraktekkanya dalam kehidupan.
Dimadrasah pelajaran yang menyangkut keagamaan itu terpisah-pisah sehingga siawa dapat mempelajari setiap materi tentang keagamaannya, misalnya pelajaran fiqih, akhlah, aqidah, dan bahasa arab. Dalam fiqih dibahas secara mendalam mengenai shadaqah dan infak, dimateri ini siswa harus memahai secara teori dan praktek agar siswa bisa lebih mendalami dan mendapatkan manfaat dari materi yang dipelajari, contohnya setelah siawa memahami arti shadaqah dan infak, maka siswa diharapkan bisa membiasakan untuk bershadaqah.
Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan pencapaian pendidikan Agama Islam adalah dengan mempelajari materi pelajaran yang berbeda-beda dan terpisah-pisah antara fiqih dan materi lain diharapkan siswa benar-benar mendapatkan banyak ilmu khususnya soal agama, agar tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri dapat berjalan dengan baik, yaitu menjadikan siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt yang kemudian menjadikan siswa itu bisa menjadi insane kamil.
b). SD ( Sekolah Dasar )
Isi materi pendidikan Agama Islam pada sekolah dasar tetap membahas lingkup fiqih tetapi sedikit berbeda dengan madrasah, bila pelajaran fiqih dimadrasah itu dibahas secara mendalam tapi tidak halnya dengan SD bahwa mata pelajaran fiqih dipelajari secara garis besarnya saja, dalam deskripsi telah dipaparkan apasaja materi fiqih yang akan dipelajari selama 1 semester, disana telah di sebutkan bahwa pelajaran fiqih membahas tentang azan dan iqamah, dimata pelajaran ini siswa diharapkan bisa melafalkan dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya sebelum shalat siswa diharapkan bisa melafalkan azan dan iqamah.
Tetapi melihat bahwa materi pelajaran yang tidak sama antara sekolah dasar dan madrasah dapat membedakan pula hasil belajarnya, pada madrasah tiap mata pelajaran yang menyangkut soal agama itu ter pisah – pisah sedangkan kalau disekolah itu tidak. Dari sini lah dapat dikaitkan kembali dengan pencapaian tujuan pendidikan agama Islam di sekolah dasar adalah secara nyata real dan sebenarnya, tujuan tersebut adalah menjadikan peserta didik agar memilki kemantapan akidah dan kedalaman spiritual, keunggulan akhlak dan wawasan keagamaan. Namun pada kenyataannya dilihat dari materi pelajaran disekolahuntuk mencapai tujuan tersebut agaknya sedikit susah karena materi tidak dibahas secara mendalam melainkan hanya secara garis besarnya saja.
2. Alokasi Waktu
Alokasi waktu di setiap pelajaran itu pasti ada dan antara madrasah dan SD pun berbeda mengenai alokasi waktu dalam mempelajari setiap materi PAI dimadrasah atau disekolah sehingga keduanya pun bisa mempunyai perbedaan pencapaian tujuan PAI dengan materi dan alokasi waktu yang berbeda, berikut ini uraian nya dari masing-masing sekolah mengenai alokasi waktu pelajaran materi PAI di masing-masing sekolah baikk MI dan SD.
a). Madrasah
Di madrasah alokasi waktu di setiap materi sangat berbeda karena materi pelajaran agama yang sangat banyak maka memerlukan waktu yang sangat banyak pula. Jika dilihat begitu banyak waktu pelajaran PAI di madrasah karena banyaknya materi yang akan dibahas. Mata pelajaran fiqih mempunyai kajian sendiri dengan materi lain,begitu pula dengan materi lainnya sehingga semakin banyak materi yang akan dibaha, semakin banyak pula waktu yang akan digunakan. Alokasi waktu yang digunakan di madrasah untuk 1 materi pembahasan tentang kajian fiqih misalnya, itu berkisar 45 menit.dan begitu pula dengan pelajaran pada materi lain.


b). SD ( Sekolah Dasar )

Alokasi waktu setiap materi PAI sangat berbeda dengn madrasah bila di madrasah 1 minggunya bisa mencapai lebih dari 6jam untuk meteri agama saja termasuk pelajaran fikih dan lain-lain, sedangkan alokasi waktu di sekolah hanya 2 – 3 jam saja setiap 1 minggu, dengan demikian terjadilah perbedaan antara sekolah dasar dan madrasah, sehingga pencapaian tujuan pendidikan di sekolah dasar belum terelisasikan dengan baik.

ANALISA

Dari penjelasan diatas dapat di analisa bahwa tujuan pendidikan pada umumnya adalah sama menjadikan siswa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan menjadi kan siswa tersebut menjadi insan kamil, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali dan Zakiah Drajat, tetapi proses dan jalannya suatu pencapaian tujuan pendidikannya saja yang sedikit berbeda karena kurikulum disetiap sekolah itu berbeda. Pendekatan berbasis pada sekolah dasar atau madrasahdalam perkembangan kurikulum memiliki kelebihan-kelebihan di antaranya kurikulum disusun sesuai dengan karakteristik sekolah, sehingga terjadilah perbedaan antara wantu juga materi pelajaran di sekolah dasar dan madrasah.

DAFTAR PUSTAKA

Silabus Sekolah Dasar

Silabus Madrasah

Hawi, Akmal, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam. IAIN Raden Patah Press

Sukmadinata, nana, Perkembangan Kurikulum, 2009. Remaja Rosdakarya, Bandung
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perbandingan-tujuan-pendidikan-islam-di.html

BUAT ANAK DIDIK BANGGA SEKOLAH DI MI

BUAT ANAK DIDIK BANGGA SEKOLAH DI MI

Monday, 21 January 2013 08:55
SLEMAN – Kehadiran sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) tampaknya masih dianggap sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Fenomena ini dapat diamati atas minimnya peserta didik yang mendaftar di sekolah  di bawah naungan  Kementerian Agama RI tersebut. Kebanyakan orangtua lebih memilih sekolah dasar (SD) negeri ketimbang MI.“Kualitas pendidikan tidak hanya dari sisi bangunan fisik dan gedung, tapi lebih dari itu yaitu kualitas guru dan kesejahteraan guru,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo saat membukan seminar bertajuk “Kebangkitan MI menuju MI sebagai Leader dalam Prestasi dan Karakter” di MI Al-Kautsar, Dusun Gabahan, Sumberadi, Mlati kemarin (19/1).Bila manajemen lembaga pendidikan MI mampu menyediakan guru dengan sumber daya manusia (SDM) yang baik, tidak menutupkemungkinan MI akan menjadi leader pendidikan. Sebab, sekolah MI tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja melainkan pula ilmu pengetahuan dan sosial.“Tujukan  mampu mencetak SDM yang bagus, jujur dan berakhlak mulia,” tandas Sri Purnomo.
Kepala Seksi Madrasah Bidang Kesiswaan Kanwil Kemenag DIJ Fahrudin mengatakan yayasan dan pengelola sekolah MI harus bisa menjalankan berbagai program agar MI mendapat kepercayaan masyarakat. Di antaranya mampu berkomunikasi dengan orang tua siswa mengenai sistem pendidikan yang baik. Di samping itu, pengelola harus mampu membuat orang tua dan peserta didik merasa bangga sekolah di MI.“MI juga harus menyediakan sarana laboratirum, belajar kelompok, menyusup SOP guru dan pengelola serta memberikan penghargaan bagi tenaga didik dan siswa berprestasi,” terang Fahrudin. Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Prof Dr Sutrisno menegaskan kemajuan sekolah ditentukan oleh pengelola, guru, peserta didik dan orangtua. Apabila sekolah mampu menciptkan figur atau tokoh yang baik, dapat dipastikan sekolah itu akan menjadi pilihan bagi orangtua yang akan menyekolahkan putera-puterinya.“Tokoh pendiri MI harus bisa memberikan telada yang baik bagi masyarakat, guru, dan peserta didiknya. Dengan keteladan itulah, orangtua akan merasa senang dan bangga putera-puterinya belajar di sekolah MI,” jelas Sutrisno. (mar/kus)

apa sih MI?

Madrasah ibtidaiyah













Madrasah ibtidaiyah (disingkat MI) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan Sekolah Dasar, yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Pendidikan madrasah ibtidaiyah ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan madrasah ibtidaiyah dapat melanjutkan pendidikan ke madrasah tsanawiyah atau sekolah menengah pertama.
Kurikulum madrasah ibtidaiyah sama dengan kurikulum sekolah dasar, hanya saja pada MI terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama Islam. Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana sekolah dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti:
Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan terendam banjir. Gambar diambil akhir Januari 2006.

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar


Karakteristik Siswa Sekolah Dasar 

1. Karakteristik Perkembangan Sosial Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992:44). Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun. Menurut Witherington (1952) yang dikemukakan Makmun (1995:50) bahwa usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan cirri perkembangan sosial yang pesat. Pada tahapan ini anak/siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Jika proses itu tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukar beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itulah sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanggulanginya. Sekolah sebagai tempat terjadinya proses menumbuhkembangkan seluruh aspek siswa memiliki tugas dalam memabntu perkembangan anak sekolah. Adapun tugas-tugas perkembangan anak sekolah (Makmun, 1995:68), diantaranya adalah: (a) mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari, (b) mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai, (c) mencapai kebebasan pribadi, (d) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial. Tugas-tugas perkembangan yang tercapai pada masa kanak-kanak akhir dengan kisaran usia 6-13 tahun (Soesilowindradini, ttn: 116, 118, 119) akan memiliki keterampilan. Keterampilan yang dicapai diantaranya social-help skills dan play skill. Social-help skills untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman, merapihkan meja dan kursi. Ini akan menambah perasaan harga diri dan sebagai anak yang berguna hingga menjadikan anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif). Play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat.
Akhir masa kanak-kanak disebut gang age (Soesilowindardini, ttn:24; Kusmaedi, Husdart, Hidayat,2004:65). Pada masa ini perkembangan sosial terjadi dengan cepat. Anak berubah dari self centered, yang egoistis, yang senang bertengkar menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka membuat kelompok atau geng dengan alasan dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dengan jenis-jenis permainan yang dia gemari (Soesilowindradini, ttn:124; Kusmaedi, Husdarta, Hidayat, 2004:63-64) atau melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan kegembiraan. Dalam kelompoknya, secara bersama-sama anak-anak membuat sesuatu seperti mainan dari kayu,
Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak dalam PENJAS Didin Budiman 2
menonton bersama-sama, melihat alam sekitar. Biasanya mereka memiliki tempat berkumpul tertentu yang jauh dari jangkauan dan pengawasan orang tua. Ketika terjadi pertentangan dengan orang tua, anak lebih cenderung menentang orang tuanya dan mengikuti kelompoknya. Dalam hubungan dengan kelompoknya anak belajar hidup dalam masyarakat, misalnya dalam hal bekerja sama dengan anak lain, menerima tanggung jawab, membela anak lain jikalau diperlakukan tidak adil, dan secara sportif menerima kekalahan. Tidak semua proses itu berjalan lancar. Sebab ada kalanya anak mengalami kesulitan melakukannya, bahkan berbalik arah untuk melakukan tindakan yang merugikan dengan melakukan perilaku kenakalan. Beberapa sebab anak melakukan kenakalan (Soesilowindradini, ttn:129) diantaranya adalah:
1. Tidak menghiraukan apa yang diharapkan dari mereka.
2. Salah pengertian dari aturan yang ada.
3. Mencoba orang-orang yang lebih berkuasa daripadanya (orang tua, guru)
4. Adanya keinginan menunjukkan kebebasan
5. Ingin mendapat pujian dari teman-temannya.
Beberapa macam perbuatan kenakalan anak: 1. di rumah: - bertengkar, berlaku kasar terhadap saudara-saudaranya - merusak milik orang lain - berdusta, mencomel 2. di sekolah:
- mencuri
- menggangu, membolos, membuat keributan
- berdusta
- berkata kasar dan kotor
- merusak benda-benda milik sekolah
- bertengkar
Dari tahun ke tahun anak memiliki kecenderungan untuk lebih banyak melanggar peraturan-peraturan (Soesilowindradini, ttn:131) disebabkan oleh:
a. makin kurang senangnya kepada solah dan guru-gurunya
b. merasa kurang disenangi dalam kelompok sebaya daripada diharapkannya.
Melihat gejala itu, penjas melalui program pembelajarannya diharapkan dapat menjadi media untuk memecahkan persoalan tersebut. Melalui aktivitas bermain yang bervariatif dan bimbingan guru, anak merasa betah di sekolah. Dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator, anak bergaul dan mendapat pengakuan dari anggota kelompoknya. Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992:101). Beberapa sifat sosial yang dimiliki anak besar sebagai hasil perkembangan dari usia 10 sampai 12 tahun:
1. Baik laki-laki maupun perempuan menyenangi permainan yang terorganisir dan permainan yang aktif.
2. Minat terhadap olahraga kompetitif meningkat.
Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak dalam PENJAS Didin Budiman 3
3. Membenci kegagalan atau kesalahan.
4. Mudah bergembira, kondisi emosional tidak stabil.
Aktivitas yang diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak besar di antaranya adalah (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992:127-128):
1. Bermain dalam situasi berlomba atau bertanding dengan pengorganisasian yang sederhana. Misalnya: berlomba dalam beberapa macam gerakan seperti berlari, merayap, melompat, menggiring bola, adu lempar tangkap dan sebagainya. Melakukan pertandingan kecabangan olahraga yang peraturannya disederhanakan, misalnya pertandingan voli mini. Dengan pengarahan dan pengelolaan aktivitas yang baik dari guru, aktivitas ini akan berdampak kepada peningkatan kepercayaan diri anak dan kebanggaan dirinya.
2. Aktivitas beregu atau berkelompok. Anak diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya dalam melakukan aktivitas untuk membina kebersamaan di antara mereka.
a. Perkembangan Kekuatan Studi tentang perkembangan kekuatan pada anak-anak biasa dilakukan dengan cara mengukur kekuatan menggenggam yang diukur dengan handgrip dynamometer. Pada usia 3 sampai 6 tahun, anak laki-laki dan perempuan kekuatannya meningkat 65 % (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991).
 Pada anak laki-laki meningkat 2 kali lipat selama usia 6–11 tahun, dan meningkat 3,6 kali lipat selama usia 6–18 tahun. Berarti antara usia 12–18 tahun meningkat 1,6 kali lipat.
 Pada anak perempuan hanya meningkat 2,6 kali lipat selama usia 6 sampai 18 tahun. Artinya adalah proses perkembangan kekuatan lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
b. Perkembangan Fleksibilitas
 Sampai usia 12 tahun anak perempuan mengalami peningkatan fleksibilitas secara umum, dan sesudah usia 12 tahun mengalami penurunan, kecuali pada bahu, lutut, dan paha fleksibilitasnya mulai menurun sesudah umur 6 tahun.
 Fleksibilitas pergelangan kaki baik pada laki-laki maupun perempuan adalah yang konstan semua umur.
 Fleksibilitas pad setiap bagian tubuh tidak ada interkorelasi dengan yang lainnya. Artinya adalah fleksibilitas salah satu bagian tubuh tidak bisa menaksir fleksibilitas bagian tubuh yang lainnya. Masalnya adapabila fleksibilitas pinggangnya baik, maka fleksibilitas anggota tubuh yang lain belum tentu sama baiknya dengan fleksibilitas pinggang.
c. Perkembangan Keseimbangan Keseimbangan diklasifikasikan menjadi keseimbangan statik dan keseimbangan dinamik. Keseimbangan statik adalah keseimbangan pada saat tubuh diam, atau kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh. Keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh untuk tidak jatuh pada saat sedang melakukan gerakan.
Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak dalam PENJAS Didin Budiman 4
 Anak pada umur 6-16 tahun umumnya mengalami peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi umur 12-14 tahun hanya sedikit peningkatannya.
 Anak laki-laki peningkatannya melambat pada usia 7-9 tahun, anak perempuan pada usia 8-10 tahun.
 Usia kurang lebih 8 tahun pada anak laki-laki cenderung lebih baik keseimbangan dinamiknya.
 Pada keseimbangan statik ada peningkatan yang ajeg, anak laki-laki dan perempuan tidak mengalami perbedaan.
1. Perkembangan Kemampuan Gerak dan Minat Melakukan Aktivitas Fisik
a. Perkembangan Koordinasi Gerak Koordinasi adalah kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh, mampu melakukan gerakan secara efisien (gerak fisik dengan baik). Koordinasi diukur melalui pola gerak keterampilan mencakup kemampuan mengontrol tubuh, keseimbangan, kelincahan, dan fleksibilitas. Kemampuan koordinasi gerak secara umum antara anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai umur 11 tahun. Perbedaannya, anak laki-laki lebih baik dalam aktivitas kekuatan dan gerak kasar dengan melibatkan otot besar, perempuan lebih baik pada aktivitas kecermatan. b. Perkembangan Penguasaan Gerak Dasar Peningkatan kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam bentuk: Gerakan bisa dilakukan dengan melanika tubuh yang makin efisien Gerakan bisa dilakukan semakin lancar dan terkontrol Pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi Gerakan semakin bertenaga
Kecepatan perkembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk melakukan berulang-ulang aktivitasnya. Secara mekanika faktor yang mempengaruhinya adalah : koordinasi tubuh, ukuran tubuh, dan kekuatan otot. Pengukuran fisik secara berkala adalah untuk memantau perkembangan kemampuan dan keterampilan gerak yang sudah dimiliki anak. Beberapa perkembangan kemampaun gerak hasil penelitian Espenschade dan Eckert (1980) dalam Sugiyanto dan Sudjarwo (1991) diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan kemampuan Berlari Berlari dihasilkan dari panjang langkah yang dipengaruhi panjang kaki dan irama langkah yang dipengaruhi kekuatan otot tungkai. Terjadi perbedaan yang relatif tinggi pada perkembangan kemampuan berlari pada anak laki-laki dengan anak perempuan khususnya mulai usia 12 tahun.
Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak dalam PENJAS Didin Budiman 5
8 laki-laki
7 6 perempuan 5 4
3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 (tahun) Gb.1 Perkembangan kemampuan berlari anak usia 5-17 tahun 2. Perkembangan Kemampuan Meloncat Kemampuan meloncat digunakan sebagai prediktor kekuatan tubuh dan merupakan tes diagnostik koordinasi gerakan. Perkembangannya terkait dengan peningkatan kekuatan dan koordinasi tubuh. Pada anak besar perkembangan kemampuan meloncat cukup cepat, makin jauh atau makin tinggi dengan kualitas gerak semakin efisien. Perkembangan kemampuan loncat tegak meningkat cepat sampai usia lebih kurang 9 tahun pada anak laki-laki dan perempuan, sesudah itu pada anak perempuan hanya kecil peningkatannya. Pada anak laki-laki peningkatannya menjadi kecil antara 9-12 tahun, namun sesudah usia 12 tahun perkembangan kemampuan meloncat meningkat dengan cepat. Perkembangan kemampuan loncat jauh tanpa awalan pada anak laki-laki berbentuk garis mendekati lurus (irama ajeg). Pada anak perempuan perkembangan yang cepat hanya terjadi sampai umur 12 tahun, sesudah melewati masa itu kemudian mengecil. 3. Perkembangan Kemampuan Melempar
Perkembangan kemampuan melempar pada anak besar dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu perkembangan yang bersifat kuantitatif dan perkembangan yang bersaifat kualitatif. Perkembangan kuantitatif terkait dengan kemampuan melempar pada anak yang semakin jauh, yaitu kemampuan melemparnya diukur dengan jauhnya hasil lemparan dan ketepatan melempar terhadap suatu sasaran. Perkembangan kualitatif dengan kemampuan melempar anak dari aspek kualitas gerakan melempar semakin baik (efisien) diukur dengan analisis sinematografis (rekaman
Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak dalam PENJAS Didin Budiman 6
gambar gerakan). Pengelompokkan perkembangan kuantitatif dan perkembangan kualitatif disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan kemampuan melempar sejalan dengan pertumbuhan lengan dan bahu. Perbedaan perkembangan kemampuan melempar antara anak laki-laki dengan perempuan terjadi cukup besar. Khususnya pada usia 13 tahun, kemampuan melempar pada anak perempuan cenderung mengalami penurunan. Sementara pada anak laki-laki masih tetap mengalami peningkatan.
Feet 160 laki-laki 135 110
85 60 perempuan 35
10 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 (umur) Gb. 2 Perkembangan kemampuan melempar jauh pada usia 5-17 tahun Kemampuan melempar ke sasaran tertentu (kekuatan tidak banyak digunakan), antara anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda kemampuannya. Namun secara mekanis anak laki-laki tetap lebih baik. b. Minat Melakukan Aktivitas Fisik Pada Anak Besar Minat melakukan aktivitas fisik pada kelompok anak besar sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik itu sendiri. Pada umumnya anak besar baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami peningkatan minat yang besar dalam melakukan aktivitas fisik. Misalnya aktivitas bermain yang dilakukan anak besar lebih didominasi oleh permainan yang bersifat aktif, seperti bermain kejar-kejaran, petak umpet, dan beberapa bentuk permainan tradisional yang melibatkan aktivitas fisik. Tentunya disesuaikan dengan minat dan kesepakatan anak-anak dalam memilih jenis permainan yang akan dilakukan.
Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak dalam PENJAS Didin Budiman 7
Minat terhadap aktivitas fisik dan atau olahraga sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Pada anak-anak yang melakukan aktivitas fisik dipengaruhi oleh kecenderungan sifat yang dimiliki (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991), antara lain:
1. Kemampuan memusatkan perhatian pada suatu macam aktivitas yang sedang dilakukan makin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat konsentrasi yang cukup tinggi pada anak yang terlibat dalam aktivitas yang dilakukannya.
2. Semangat untuk mencari pengalaman baru cukup tinggi.
3. Perkembangan sosialnya makin baik yang ditunjukkan dengan luasnya pergaulan dengan semakin mendalamnya pergaulan dengan teman sebayanya.
4. Perbedaan perilaku antara anak laki-laki dengan anak perempuan semakin jelas, ada kecenderungan kurang senang bermain dengan lawan jenisnya. Ini semakin memperjelas bentuk aktivitas yang dominan dilakukan oleh anak laki-laki dengan anak perempuan.
5. Semangat untuk menguasai suatu bentuk aktivitas tertentu dan semangat berkompetisi tinggi.
Hampir seluruh aktivitas anak besar didominasi oleh bermain. Aktivitas bermain yang dilakukannya dapat dilaksanakan baik secara sendiri-sendiri atau berkelompok. 2. Perkembangan Mental
 Menaruh perhatian pada permainan yang terorganisir
 Munculnya sifat kepahlawanan yang kuat
 Perhatian kepada teman sekelompok makin kuat
 Mulai memiliki rasa tanggung jawab untuk menjadi dewasa
 Beberapa anak mudah putus asa dan akan bangkit bila tidak sukses
 Berusaha mendapatkan guru yang dapat membenarkannya
 Perhatian kepada bentuk makin bertambah
3. Perkembangan Sosial dan Emosional Loree (1970 dalam Rusli Ibrahim, 2001) dengan meneliti anak usia 5-16 tahun dan terus mengikuti perkembangannya selama beberapa tahun telah menunjukkan pola perilaku sosial anak adalah sebagai berikut:
a. Kecenderungan perilaku sosial anak untuk menarik diri dari pergaulan sosial, atau memperluas pergaulan sosialnya.
b. Pola kecenderungan perilaku sosial anak yang mudah bereaksi terhadap suatu kejadian, atau bersifat tenang.
c. Pola kecenderungan perilaku sosial anak menjadi pasif atau dominan.
Jika seorang anak memperlihatkan orientasi sosialnya pada salah satu pola diatas maka kecenderungnanya akan diikutinya sampai dewasa. Adapun ciri-ciri perkembangan sosial dan emosiaonal pada anak yang duduk di kelas V dan VI sekolah dasar adalah:
 Mudah dibangkitkan
 Mulai tumbuh rasa kasih sayang seperti orang dewasa
Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak dalam PENJAS Didin Budiman 8
 Senang sekali memberikan pujian dan mengagungkan
 Mengkritik tindakan orang dewasa
 Rasa bangga berkembang
 Ingin mengetahui segala sesuatu
 Merindukan pengakuan dari kelompok
 Bangga dengan kesuksesan yang diraihnya
 Menyukai kegiatan kelompok
 Loyal terhadap kelompoknya (gang).